Kementerian Kelautan dan Perikanan butuh dana lebih dari Rp 3 triliun
Mewujudkan pembangunan dengan mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) saja memang tidak cukup. Pemerintah perlu mencari investor untuk menutup kebutuhan pembiayaan. Inilah yang tengah dilakukan Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk merealisasikan proyek pelabuhan ikan terluar atau outer ring fishing port.
Kementerian yang dipimpin Fadel Muhammad tersebut membidik pendanaan dari Japan Bank International Cooperation (JBIC). Berapa nilai pinjaman yang diincar, Fadel belum bisa memastikan. Sebab, kajian atau studi proyek ini belum rampung. Jika proposalnya sudah selesai, pemerintah baru bisa menghitung porsi dana investor dan yang mesti ditanggung pemerintah.
Fadel menargetkan, proposal proyek outer ring fishingport bisa diajukan ke JBIC pada September 2010 mendatang. "Pada bulan itu, tim dari Kementerian Kelautan dan Perikanan akan berkunjung ke Jepang untuk menyampaikan ide tersebut," ujar Fadel, akhir pekan lalu.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencari sumber pembiayaan dari JBIC lantaran lembaga tersebut memang paling berminat untuk membiayai proyek infrastruktur, termasuk outer ring fishing port tersebut "Sejauh ini baru JIBC yang menunjukkan ketertarikan," imbuh mantan Gubernur Gorontalo itu.
Bangun 12 pelabuhan
Pembangunan outer ring fishiiig port merupakan konsep baru Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dalam proyek tersebut, investor tidak hanya membangun pelabuhan saja, tapi juga industri pengolahan ikan.Kementerian Kelautan dan Perikanan mematok target pembangunan 12 outer ring fishing port di luar Pulau Jawa, khususnya kawasan timur Indonesia, tahun ini. "Kalau di Pulau Jawa semua sudah jadi dan tinggal ditingkatkan saja," kata Fadel.
Daerah Indonesia timur yang akan menjadi lokasi pembangunan pelabuhan ik-kan terpadu itu adalah Maluku, Maluku Utara, dan Papua, terutama Kabupaten Merauke. Setelah proyek di wilayah timur rampung, baru pemerintah membangun pelabuhanserupa di daerah Sumatera seperti di Mentawai.
Biaya pembangunan pelabuhan ikan terluar ini memang tidak murah. Fadel mengungkapkan, untuk setiap lokasi, pembangunan pelabuhan itu bisa menelan biaya antara USS 20 juta-US$ 25 juta atau sekitar Rp 185 miliar. Anggaran belanja Kementerian Kelautan dan Perikanan yang cuma Rp 3,4 triliun tentu tidak cukup untuk mendanai proyek tersebut. "Total, kita butuh lebih dari Rp 3 triliun," kata Fadel. Itu sebabnyam, ia berharap, JBIC bisa menanggung porsi pembiayaan pembangunan outer ring fishing port sekitar 85%.
Supaya JBIC atau investor lainnya berminat, Fadel menambahkan, pemerintah berjanji akan mengupayakan perbaikan jalan menuju pelabuhan ikan. Pemerintah juga menjanjikan kemudahan dalam proses perizinan termasuk dari sisi fiskal.
Mewujudkan pembangunan dengan mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) saja memang tidak cukup. Pemerintah perlu mencari investor untuk menutup kebutuhan pembiayaan. Inilah yang tengah dilakukan Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk merealisasikan proyek pelabuhan ikan terluar atau outer ring fishing port.
Kementerian yang dipimpin Fadel Muhammad tersebut membidik pendanaan dari Japan Bank International Cooperation (JBIC). Berapa nilai pinjaman yang diincar, Fadel belum bisa memastikan. Sebab, kajian atau studi proyek ini belum rampung. Jika proposalnya sudah selesai, pemerintah baru bisa menghitung porsi dana investor dan yang mesti ditanggung pemerintah.
Fadel menargetkan, proposal proyek outer ring fishingport bisa diajukan ke JBIC pada September 2010 mendatang. "Pada bulan itu, tim dari Kementerian Kelautan dan Perikanan akan berkunjung ke Jepang untuk menyampaikan ide tersebut," ujar Fadel, akhir pekan lalu.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencari sumber pembiayaan dari JBIC lantaran lembaga tersebut memang paling berminat untuk membiayai proyek infrastruktur, termasuk outer ring fishing port tersebut "Sejauh ini baru JIBC yang menunjukkan ketertarikan," imbuh mantan Gubernur Gorontalo itu.
Bangun 12 pelabuhan
Pembangunan outer ring fishiiig port merupakan konsep baru Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dalam proyek tersebut, investor tidak hanya membangun pelabuhan saja, tapi juga industri pengolahan ikan.Kementerian Kelautan dan Perikanan mematok target pembangunan 12 outer ring fishing port di luar Pulau Jawa, khususnya kawasan timur Indonesia, tahun ini. "Kalau di Pulau Jawa semua sudah jadi dan tinggal ditingkatkan saja," kata Fadel.
Daerah Indonesia timur yang akan menjadi lokasi pembangunan pelabuhan ik-kan terpadu itu adalah Maluku, Maluku Utara, dan Papua, terutama Kabupaten Merauke. Setelah proyek di wilayah timur rampung, baru pemerintah membangun pelabuhanserupa di daerah Sumatera seperti di Mentawai.
Biaya pembangunan pelabuhan ikan terluar ini memang tidak murah. Fadel mengungkapkan, untuk setiap lokasi, pembangunan pelabuhan itu bisa menelan biaya antara USS 20 juta-US$ 25 juta atau sekitar Rp 185 miliar. Anggaran belanja Kementerian Kelautan dan Perikanan yang cuma Rp 3,4 triliun tentu tidak cukup untuk mendanai proyek tersebut. "Total, kita butuh lebih dari Rp 3 triliun," kata Fadel. Itu sebabnyam, ia berharap, JBIC bisa menanggung porsi pembiayaan pembangunan outer ring fishing port sekitar 85%.
Supaya JBIC atau investor lainnya berminat, Fadel menambahkan, pemerintah berjanji akan mengupayakan perbaikan jalan menuju pelabuhan ikan. Pemerintah juga menjanjikan kemudahan dalam proses perizinan termasuk dari sisi fiskal.
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
No comments:
Post a Comment