Perairan laut Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur belum terjamah. Hal ini dibuktikan dengan masih bagusnya parameter kualitas air di daerah tersebut. Memang perairan didaerah ini belum tercemar seperti beberapa daerah di Pulau Jawa dan sekitarnya yang ibaratnya laut merupakan keranjang sampah tempat pembuangan limbah baik industry, rumah tangga, pertanian dan pertambangan yang semua produk limbahnya bermuara ke laut. Dengan demikian maka perairan di beberapa daerah pulau jawa cukup tercemar sehingga mengganggu ekosistem laut dan proses budidaya perikanan baik di laut maupun dipesisir. Lain halnya dengan beberapa daerah di sekitar Pulau Sumba yang perairannya masih “perawan”, sehingga sangat cocok untuk di lakukan budidaya laut. .
Daerah yang juga terkenal dengan pohon cendana ini telah masuk dalam daerah Minapolitan yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Komoditi minapolitan yang diunggulkan di daerah ini adalah rumput laut. Hal ini didukung dengan panjang pantai Kabupaten Sumba Timur sepanjang 433,6 km (Bappeda Sumba Timur, 2010) dan cocok untuk budidaya rumput laut. Beberapa kecamatan di Kabupaten Sumba Timur yang mempunyai pesisir pantai yaitu Kecamatan Haharu, Kahaungu Eti, Karera, Kota Waingapu, Lewa, Matawai Lapau, Kuta, Nggaha Oriangu, Paberiwai, Pahunga Lodu, Pandawai, Pinu Pahar, Rindi, Tabundung, Umalulu, Wulla Waijelu. Semua Kecamatan tersebut sangat berpotensi untuk budidaya rumput laut dan saat ini sudah terdapat beberapa kecamatan yang sudah berhasil membudidayakan rumput laut seperti kecamatan Kuta dengan jarak kurang lebih 8 km dari pusat kota Waingapu
Dengan adanya potensi wilayah yang sangat besar itulah maka pada Tanggal 21 s/d 27 Juni 2010, telah dilaksanakan Safari Pelatihan Budidaya Rumput Laut bagi Pembudidaya atas kerjasama Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Banyuwangi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur. Pada Pelatihan tersebut diikuti oleh pembudidaya rumput laut sebanyak 30 orang. Pelatihan tersebut dilaksanakan sebanyak 56 jam pelajaran yang terdiri atas 40 % teori dan 60 % praktek. Adapun materi yang disampaikan diantaranya yaitu Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan, Peraturan Perundang-undangan Perikanan, Biologi Rumput Laut, Pemilihan Lokasi Budidaya Rumput Laut, Pengelolaan Bibit Rumput Laut, Metoda Budidaya Rumput Laut, Pemeliharaan Rumput Laut, Pengendalian Hama dan Penyakit, Panen dan Penanganan Pasca Panen, Analisa Usaha Budidaya Rumput Laut dan Akses Permodalan.
Dari 555 jenis rumput laut, terdapat beberapa jenis yang telah dibudidayakan di Kabupaten Sumba Barat. Beberapa diantara yaitu Eucheuma cottnoni dan Eucheuma spinosum. Metode budidaya yang telah digunakan oleh masyarakat setempat yaitu metode lepas dasar menggunakan patok tancap, metode kombinasi dan metode rakit apung. Setelah dilakukan identifikasi lingkungan perairan laut oleh tim budidaya BPPP Banyuwangi selama pelaksanaan diklat maka direkomendasikan metode budidaya yang cocok untuk budidaya rumput laut di Kabupaten Sumba Timur adalah metode rakit apung. Beberapa kelebihan dari metode ini adalah lebih bisa diterapkan pada lokasi dengan kondisi perairan lebih dalam, tetapi masih terlindung dari gelombang besar. Dengan demikian pemilihan lokasi lebih fleksibel dibandingkan dengan metode lepas dasar. Tanaman lebih banyak menerima intensitas cahaya matahari serta gerakan air yang terus memperbaharui kandungan nutrisi pada air laut dan akan mempermudah penyerapan nutrisi oleh tanaman sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Pemeliharaan lebih mudah dilakukan, tanaman terbebas dari gangguan hama.
Para peserta pelatihan yang rata-rata memiliki sawah dan ladang sebagai penghasilan mereka, sebagian sudah menfokuskan mata pencahariannya pada budidaya rumput laut karena hasilnya cukup menjanjikan meskipun sebenarnya sector pertanian juga penting untuk kebutuhan pangan mereka. Budidaya rumput laut didaerah Sumba Timur ini tidak hanya didukung oleh sumber daya perairan yang cukup menunjang. Namun juga didukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah setempat dan Bank NTT. Dukungan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan serta Pemda setempat yaitu telah dibangunnya pabrik pembuatan tepung rumput laut sehingga output rumput laut yang dihasilkan oleh pembudidaya dapat langsung di olah dan diekspor ke Singapura, Malaysia dan Korea (Dinas KP Sumba Timur, 2010). Sedangkan dukungan dari Bank NTT berupa pinjaman lunak tanpa agunan kepada kelompok pembudidaya rumput laut sehingga modal untuk investasi dan pengembangan budidaya rumput bagi masyarakat semakin meningkat dan meluas. Peningkatan profesionalisme Sumber Daya Manusia pembudidaya rumput laut di Kabupaten Sumba Timur juga merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi rumput laut. Dengan adanya kegiatan pelatihan budidaya rumput laut yang dilaksanakan oleh BPPP banyuwangi, seluruh peserta pelatihan merasakan peningkatan pengetahuan, wawasan dan keterampilan mereka akan budidaya rumput laut. Adanya kerjasama dan sinergi antara BPPP Banyuwangi, Dinas Kelautan dan Perikanan Sumba Timur dan Bank NTT maka diharapkan produksi rumput laut didaerah Sumba Timur semakin meningkat dan Indonesia dapat menjadi penghasil rumput laut terbesar di dunia pada Tahun 2015.
Sumber : Tim Publikasi BPPP Banyuwangi
No comments:
Post a Comment