Bawal ( Colossoma macropomum ) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Ikan ini berasal dari Brazil. Pada mulanya ikan bawal diperdagangkan sebagai ikan hias, namun karena pertumbuhannya cepat, dagingnya enak dan dapat mencapai ukuran besar, maka masyarakat menjadikan ikan tersebut sebagai ikan konsumsi.
Sebutan lain ikan bawal adalah Gamitama (Peru), Cachama (Venezuela), Red Bally Pacu (Amerika Serikat dan Inggris). Sedangkan di negara asalnya disebut Tambaqui.
Walaupun ketenaran ikan bawal belum dapat disejajarkan dengan komoditas perikanan lainnya, namun permintaan konsumen setiap tahunnya terus meningkat, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Maka tak heran, bila dimasa yang akan datang akan menjadi komoditas unggulan seperti jenis-jenis ikan lainnya.
BIOLOGI
Secara sistematika ikan bawal termasuk kedalam Genus Chacacoid dan species Colossoma macropomum.
Badan agak bulat, bentuk tubuh pipih, sisik kecil, kepala hampir bulat, lubang hidung agak besar, sirip dada di bawah tutup insang, sirip perut dan sirip dubur terpisah, punggung berwarna abu-abu tua, perut putih abu-abu dan merah.
Ikan bawal banyak ditemukan di sungai sungai besar seperti Amazon (Brazil), Orinoco (Venezuela). Hidup secara bergerombol di daerah yang airnya tenang.
Bawal termasuk ikan karnivora, Giginya tajam namun tidak ganas seperti piranha. Makanan yg disukai pada fase larva adalah Brachionus sp., Artemia sp., dan Moina sp.
Induk bawal sudah mulai dapat dipijahkan pada umur 4 tahun bila pertumbuhannya normal dapat mencapai berat 4 kg.
Pemijahannya terjadi pada musim penghujan.
Kami juga melayani kegiatan magang atau pelatihan tentang teknik perikanan air tawar....silakan menghubungi kami
PEMBENIHAN
A. Pemeliharaan Induk
Induk-induk dipelihara di kolam dengan kepadatan 0,5 kg/m2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 prosen dari berat tubuh ikan dan diberikan 3-4 kali sehari. Menjelang musim hujan jumlah pakannya ditambah menjadi 4 prosen. Induk betina yang beratnya 4 kg dapat menghasilkan telur sebanyak +400.000 butir.
Tanda Induk yang matang Gonad.
Betina: perut buncit, lembek dan lubang kelamin berwarna kemerahanJantan: perut langsing, warna merah dalam ditubuhnya lebih jelas dan bila diurut dari perut kearah kelamin keluar cairan berwarna putih/sperma.
B. Pemijahan.
Pemijahan ikan bawal air tawar bisa dilakukan secara Induced Spawning, caranya induk betina disuntik hormon LHRH-a sebanyak 3 ?g/kg atau ovaprim 0,75 ml / kg . Induk jantan menggunakan LHRH-a sebanyak 2 ?g/kg atau ovaprim 0,5 ml/kg. LHRH-a dilarutkan dalam larutan 0,7 % NaCl.
Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 8-12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan penyuntikan kedua 2/3 nya.
Induk yang sudah disuntik dimasukkan kedalam bak pemijahan yang dilengkapi dengan hapa. Selama pemijahan air harus tetap mengalir. Pemijahan biasanya terjadi 3 sampai 6 jam setelah penyuntikan kedua.
C. Penetasan
Setelah memijah telur-telur diambil menggunakan scope net halus, kemudian telur tersebut ditetaskan didalam akuarium yang telah dilengkapi dengan aerasi dan water heater dengan suhu 27 - 29oC. Kepadatan telur antara 100 - 150 butir/liter, biasanya Telur-telur akan menetas dalam waktu 16 - 24 jam.
D. Pemeliharaan Larva
Larva dipelihara dalam akuarium yang sama, namun sebelumnya 3/4 bagian airnya dibuang. Padat penebaran larva 50 - 100 ekor/liter larva yang berumur 4 hari diberi pakan berupa naupli Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharaan larva ini berlangsung selama 14 hari. Selama pemeliharaan larva, air harus diganti setiap hari sebanyak 2/3 bagiannya. Setelah berumur 14 hari larva siap ditebar ke kolam pendederan.
E. Pendederan
Pendederan ikan bawal dilakukan di kolam yang luasnya antara 500 -1.000 m2. Namun kolam tersebut harus disiapkan seminggu sebelum penebaran benih. Persiapan meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir.
Setelah itu kolam dikapur dengan kapur tohor sebanyak 50 - 100 gram/m2 dan dipupuk dengan pupuk organik dengan dosis 500 gram/m2. Kemudian diisi air.
Bila kolam sudah siap, larva diebar pada pagi hari dengan kepadatan 50 - 100 ekor/m2.
Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet halus sebanyak 750 gram/10 ribu ekor larva dengan frekuensi tiga kali sehari.
Pemeliharaan di kolam pendederan selama 21 hari.
Penyakit
Penyakit yang pernah ditemukan pada ikan bawal air tawar yang berumur satu bulan antara lain disebabkan oleh parasit, bakteri dan Kapang (Jamur)
Parasit
" Ich " Atau " White spot ", biasanya menyerang ikan apabila suhu media pemeliharaan dingin, cara mengatasinya yaitu dengan menaikkan suhu (dengan water heater) sampai kurang lebih 29 derajat Celcius dan pemberian formalin 25 ppm. Pada media pemeliharaannya.
Bakteri.
Streptococus sp. dan Kurthia sp. cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan antibiotik tetrasiklin dengan dosis 10 ppm.
Kapang (Jamur)
Jamur ini merupakan akibat dari adanya luka yang disebabkan penanganan ( Handling ) yang kurang hati-hati. Cara mengatasinya dengan menggunakan Kalium Permanganat ( PK ) dengan dosis 2-3 ppm.
PEMBESARAN IKAN BAWAL
PENDAHULUAN
Usaha pembesaran dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen, baik secara monokultur maupun polikultur. Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi dan cocok untuk dibudidayakan di Kabupaten Magelang. Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain : Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik. Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging ikan Gurami.
PERSIAPAN KOLAM
Kolam untuk pemeliharaan ikan bawal dipersiapkan seperti halnya ikan air tawar lainnya. Persiapan kolam ini dimaksudkan untuk menumbuhkan makanan alami dalam jumlah yang cukup. Setelah dasar kolam benar-benar kering dasar kolam perlu dikapur dengan kapur tohor maupun dolomit dengan dosis 25 kg per 100 meter persegi. Hal ini untuk meningkatkan pH tanah, juga dapat untuk membunuh hama maupun patogen yang masih tahan terhadap proses pengeringan. Kolam pembesaran tidak mutlak harus dipupuk. Ini dikarenakan makanan ikan bawal sebagian besar diperoleh dari makanan tambahan atau buatan. Tapi bila dipupuk dapat menggunakan pupuk kandang 25 - 50 kg/100 m2 dan TSP 3 kg/100 m2. Pupuk kandang yang digunakan harus benar-benar yang sudah matang, agar tidak menjadi racun bagi ikan. Setelah pekerjaan pemupukan selesai, kolam diisi air setinggi 2-3 cm dan dibiarkan selama 2-3 hari, kemudian air kolam ditambah sedikit demi sedikit sampai kedalaman awal 40-60 cm dan terus diatur sampai ketinggian 80-120 cm tergantung kepadatan ikan. Jika warna air sudah hijau terang, baru benih ikan ditebar (biasanya 7~10 hari setelah pemupukan).
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENIH.
Pemilihan benih. Pemilihan benih mutlak penting, karena hanya dengan benih yang baik ikan akan hidup dan tumbuh dengan baik. Penebaran benih Sebelum benih ditebar perlu diadaptasikan, dengan tujuan agar benih ikan tidak dalam kondisi stres saat berada dalam kolam. Cara adaptasi : ikan yang masih terbungkus dalam plastik yang masih tertutup rapat dimasukan kedalam kolam, biarkan sampai dinding plastik mengembun. Ini tandanya air kolam dan air dalam plastik sudah sama suhunya, setelah itu dibuka plastiknya dan air dalam kolam masukkan sedikit demi sedikit kedalam plastik tempat benih sampai benih terlihat dalam kondisi baik. Selanjutnya benih ditebar/dilepaskan dalam kolam secara perlahan-lahan.
KUALITAS PAKAN DAN CARA PEMBERIAN
Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya ikan, karena hanya dengan pakan yang baik ikan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yanq mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral. Karena ikan bawal bersifat omnivora maka makanan yang diberikan bisa berupa daun-daunan maupun berupa pelet. Pakan diberikan 3-5 % berat badan (perkiraan jumlah total berat ikan yang dipelihara). Pemberian pakan dapat ditebar secara langsung.
PEMUNGUTAN HASIL
Pemungutan hasil usaha pembesaran dapat dilakukan setelah ikan bawal dipelihara 4-6 bulan, waktu tersebut ikan bawal telah mencapai ukuran kurang lebih 500 gram/ekor, dengan kepadatan 4 ekor/m 2 . Biasanya alat yang digunakan berupa waring bemata lebar. Ikan bawal hasil pemanenan sebaiknya penampungannya dilakukan ditempat yang luas (tidak sempit) dan keadaan airnya selalu mengalir.
Tuesday, July 6, 2010
Saturday, July 3, 2010
Potensi Dan Peluang Kepulauan Anambas Menjadi Kawasan Konservasi Perairan
Sebagai salah satu konsekwensi pelaksanaan Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan dijelaskan bahwa konservasi sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan yang merupakan upaya untuk melindungi, melestarikan dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan biota perairan pada waktu sekarang dan akan datang.
Kepulauan Anambas memiliki potensi pengembangan ekonomi yang cukup besar yang merupakan gugusan yang terbentuk dari paling sedikit 6 (enam) pulau besar yaitu Jemaja, Terempa, Mubur, Matak, Damar, serta Raibu, dan pulau-pulau kecil lainnya yang tersebar di sekitarnya. Secara keseluruhan, Kepulauan Anambas memiliki 53 pulau berpenghuni dan 122 pulau lainnya belum berpenghuni. Luas wilayah daratnya mencapai 590,14 km2. Kepulauan ini dikelilingi oleh Laut Natuna seluas 46.074 km2, sehingga luas wilayah Kepulauan Anambas mencapai 46.664,14 km2.
Oleh karena itu dalam upaya mengetahui kondisi potensi lokasi wilayah perairan Kepulauan Anambas saat ini serta dalam rangka mencapai target jumlah kawasan laut baru, maka dipandang perlu untuk dilaksanakannya kegiatan survey potensi calon Kawasan Konversi Perairan Nasional (KPPN).
Karakteristik dan Potensi Wilayah
Secara keseluruhan kepulauan Anambas memiliki 53 pulau berpenghuni dan 122 pulau lainnya belum berpenghuni. Untuk kegiatan Identifikasi dan Penilaian Calon Kawasan Konservasi Perairan Nasional di Kepulauan Anambas telah diusulkan pulau-pulau yang diarahkan sebagai kawasan konservasi perairan oleh masyarakat Anambas dengan memperhatikan kepentingan ekosistem (terumbu karang dan sumber daya ikan), ekonomi (wisata bahari, penangkapan dan budidaya ikan), pendidikan dan latihan serta pertahanan dan keamanan. Adapun pulau-pulau yang diusulkan menjadi kawasan konservasi perairan adalah :
1. Pulau Pahat
Pulau Pahat sudah terkenal dikalangan masyarakat Kepulauan Anambas dan dapat ditempuh dari Ibu kota Kecamatan Siantan yaitu Terempa sekitar 1,0-1,5 jam dengan perahu, pulau ini mempunyai kawasan pantai dan pasir putih yang indah dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pulau ini juga sebagai tempat kawasan habitat Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) oleh karena itu diarahkan untuk dikonservasi khususnya konservasi penyu.
2.Pulau Durai
Pulau Durai sama dengan Pulau Pahat letaknya hampir berdekatan dan dapat ditempuh dari Terempa sekitar 1,0-1,5 jam dan dari P. Pahat sekitar 0,5 jam, selain mempunyai kawasan pantai dan pasir putih yang indah dan dikelilingi oleh terumbu karang, Pulau Durai ini juga sebagai tempat kawasan habitat Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), untuk itu daerah ini diusulkan sebagai kawasan konservasi khususnya konservasi penyu.
3.Pulau Tokong Nanas dan Tokong Belayar
Posisi kedua Pulau ini sebagai pulau terluar dari NKRI dan dapat ditempuh sekitar 1,5 jam dari Terempa dengan perahu. Di pulau ini terdapat habitat ikan Napoleon dan Kerapu serta dikelilingi terumbu karang yang kondisinya cukup baik, sehingga diarahkan sebagai “Kawasan Konservasi”.
4.Pulau Nyamuk, P. Tokong Gurun, P. Menyali, P. Manda Riau Laut, P. Mada Riau Laut dan Pulau Mangkian.
Posisi pulau-pulau ini persis terletak sebelah timur Pulau Matak dan Timur Laut Tarempa. Untuk mencapai pulau ini dari Terempa sekitar 1,0 - 1,5 jam dengan perahu. Pulau-pulau ini terdapat ekosistem mangrove dan dikelilingi dikelilingi terumbu karang, sehingga diarahkan sebagai kawasan konservasi. Untuk lebih detailnya terhadap lokasi konservasi ini perlu disurvei lebih lanjut.
5.Pulau Siantan
Pulau ini merupakan salah satu pulau besar yang terdapat di Kepulauan Anambas dan merupakan pulau yang ramai karena terdapat fasilitas transportasi pelabuhan dan pasar kegiatan ekonomi masyarakat. Di pulau ini terdapat ekosistem mangrove yang terdapat di kawasan air terjun Temburun, dan pulau ini juga dikelilingi oleh terumbu karang yang sudah rusak. Kawasan ini diusulkan sebagai kawasan konservasi kecuali kawasan yang sudah diperuntukan untuk kawasan kegiatan transportasi / pelabuhan.
Air Terjun “Temburun”
Lokasi air terjun “Temburun” berada di Pulau Siantan, terletak dibagian Timur kota Terempa dan dapat ditempuh dari Terempa sekitar 0,5 jam. Airnya berasal dari Sungai Baruk pada ketinggian + 250 meter diatas permukaan laut, betuknya bertingkat-tingkat sebanyak 7 (tujuh) tingkat dan bermuara pada Selat Peniting. Kawasan air terjun ini merupakan kawasan rekreasi/wisata bagi penduduk sekitar wilayah Siantan. Karena keindahannya sangat diminati yang menjadi salah satu kebanggaan.
Di muara air terjun ini terdapat ekosistem mangrove yang sebagian besar terdiri dari jenis Rizophora, dengan substrat lumpur.
6.Pulau Temawan
Pulau Temawan atau disebut juga Pulau Temuang, merupakan pulau yang tidak berpenduduk dan dapat ditempuh dari Terempa sekitar 1,0 - 1,5 jam. Letaknya di bagian Timur Terempa (Pulau Siantan) atau sebelah Tenggara Pulau Matak. Sebagian kawasan pulau ini pantainya merupakan gugusan batu-batu besar dan habitat ekosistem mangrove sehingga diarahkan untuk dikonservasi.
7.Pulau Angsang
Pulau Angsang merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Terletak di bagian Timur Terempa (Pulau Siantan) atau sebelah Tenggara Pulau Matak, tepatnya di Selat Angsang. Untuk mencapai pulau ini dapat ditempuh sekitar 1,0-1,5 jam dari Tarempa. Pulau ini memiliki pantai yang landai berpasir putih yang ditumbuhi pohon kelapa.
Pulau ini pernah menjadi lokasi wisata selancar dan berlayar bagi para turis asing, namun pengelolaannya tidak berjalan lama, belum diketahui penyebab terbengkalainya kegiatan wisata bahari tersebut.
8.Pulau Jemaja
Pulau Jemaja terletak di bagian sebelah barat daya Kepulauan Anambas. Potensi yang terdapat di pulau ini antara lain air terjun ulu maras dengan tanaman bakau (Rhizophora) yang terdapat disekitarnya, terumbu karang dan pasir putih yang terletak di Pantai Blusan. Jenis wisata lainnya adalah panorama pantai di Pantai Pedang Melang; taman laut di Pantai Teluk Nguan; olahraga air, pacu sampan, island hoping dan event budaya di Pantai Pulau Ayam.
Sumber : Ditjen KP3K
Kepulauan Anambas memiliki potensi pengembangan ekonomi yang cukup besar yang merupakan gugusan yang terbentuk dari paling sedikit 6 (enam) pulau besar yaitu Jemaja, Terempa, Mubur, Matak, Damar, serta Raibu, dan pulau-pulau kecil lainnya yang tersebar di sekitarnya. Secara keseluruhan, Kepulauan Anambas memiliki 53 pulau berpenghuni dan 122 pulau lainnya belum berpenghuni. Luas wilayah daratnya mencapai 590,14 km2. Kepulauan ini dikelilingi oleh Laut Natuna seluas 46.074 km2, sehingga luas wilayah Kepulauan Anambas mencapai 46.664,14 km2.
Oleh karena itu dalam upaya mengetahui kondisi potensi lokasi wilayah perairan Kepulauan Anambas saat ini serta dalam rangka mencapai target jumlah kawasan laut baru, maka dipandang perlu untuk dilaksanakannya kegiatan survey potensi calon Kawasan Konversi Perairan Nasional (KPPN).
Karakteristik dan Potensi Wilayah
Secara keseluruhan kepulauan Anambas memiliki 53 pulau berpenghuni dan 122 pulau lainnya belum berpenghuni. Untuk kegiatan Identifikasi dan Penilaian Calon Kawasan Konservasi Perairan Nasional di Kepulauan Anambas telah diusulkan pulau-pulau yang diarahkan sebagai kawasan konservasi perairan oleh masyarakat Anambas dengan memperhatikan kepentingan ekosistem (terumbu karang dan sumber daya ikan), ekonomi (wisata bahari, penangkapan dan budidaya ikan), pendidikan dan latihan serta pertahanan dan keamanan. Adapun pulau-pulau yang diusulkan menjadi kawasan konservasi perairan adalah :
1. Pulau Pahat
Pulau Pahat sudah terkenal dikalangan masyarakat Kepulauan Anambas dan dapat ditempuh dari Ibu kota Kecamatan Siantan yaitu Terempa sekitar 1,0-1,5 jam dengan perahu, pulau ini mempunyai kawasan pantai dan pasir putih yang indah dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pulau ini juga sebagai tempat kawasan habitat Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) oleh karena itu diarahkan untuk dikonservasi khususnya konservasi penyu.
2.Pulau Durai
Pulau Durai sama dengan Pulau Pahat letaknya hampir berdekatan dan dapat ditempuh dari Terempa sekitar 1,0-1,5 jam dan dari P. Pahat sekitar 0,5 jam, selain mempunyai kawasan pantai dan pasir putih yang indah dan dikelilingi oleh terumbu karang, Pulau Durai ini juga sebagai tempat kawasan habitat Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), untuk itu daerah ini diusulkan sebagai kawasan konservasi khususnya konservasi penyu.
3.Pulau Tokong Nanas dan Tokong Belayar
Posisi kedua Pulau ini sebagai pulau terluar dari NKRI dan dapat ditempuh sekitar 1,5 jam dari Terempa dengan perahu. Di pulau ini terdapat habitat ikan Napoleon dan Kerapu serta dikelilingi terumbu karang yang kondisinya cukup baik, sehingga diarahkan sebagai “Kawasan Konservasi”.
4.Pulau Nyamuk, P. Tokong Gurun, P. Menyali, P. Manda Riau Laut, P. Mada Riau Laut dan Pulau Mangkian.
Posisi pulau-pulau ini persis terletak sebelah timur Pulau Matak dan Timur Laut Tarempa. Untuk mencapai pulau ini dari Terempa sekitar 1,0 - 1,5 jam dengan perahu. Pulau-pulau ini terdapat ekosistem mangrove dan dikelilingi dikelilingi terumbu karang, sehingga diarahkan sebagai kawasan konservasi. Untuk lebih detailnya terhadap lokasi konservasi ini perlu disurvei lebih lanjut.
5.Pulau Siantan
Pulau ini merupakan salah satu pulau besar yang terdapat di Kepulauan Anambas dan merupakan pulau yang ramai karena terdapat fasilitas transportasi pelabuhan dan pasar kegiatan ekonomi masyarakat. Di pulau ini terdapat ekosistem mangrove yang terdapat di kawasan air terjun Temburun, dan pulau ini juga dikelilingi oleh terumbu karang yang sudah rusak. Kawasan ini diusulkan sebagai kawasan konservasi kecuali kawasan yang sudah diperuntukan untuk kawasan kegiatan transportasi / pelabuhan.
Air Terjun “Temburun”
Lokasi air terjun “Temburun” berada di Pulau Siantan, terletak dibagian Timur kota Terempa dan dapat ditempuh dari Terempa sekitar 0,5 jam. Airnya berasal dari Sungai Baruk pada ketinggian + 250 meter diatas permukaan laut, betuknya bertingkat-tingkat sebanyak 7 (tujuh) tingkat dan bermuara pada Selat Peniting. Kawasan air terjun ini merupakan kawasan rekreasi/wisata bagi penduduk sekitar wilayah Siantan. Karena keindahannya sangat diminati yang menjadi salah satu kebanggaan.
Di muara air terjun ini terdapat ekosistem mangrove yang sebagian besar terdiri dari jenis Rizophora, dengan substrat lumpur.
6.Pulau Temawan
Pulau Temawan atau disebut juga Pulau Temuang, merupakan pulau yang tidak berpenduduk dan dapat ditempuh dari Terempa sekitar 1,0 - 1,5 jam. Letaknya di bagian Timur Terempa (Pulau Siantan) atau sebelah Tenggara Pulau Matak. Sebagian kawasan pulau ini pantainya merupakan gugusan batu-batu besar dan habitat ekosistem mangrove sehingga diarahkan untuk dikonservasi.
7.Pulau Angsang
Pulau Angsang merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Terletak di bagian Timur Terempa (Pulau Siantan) atau sebelah Tenggara Pulau Matak, tepatnya di Selat Angsang. Untuk mencapai pulau ini dapat ditempuh sekitar 1,0-1,5 jam dari Tarempa. Pulau ini memiliki pantai yang landai berpasir putih yang ditumbuhi pohon kelapa.
Pulau ini pernah menjadi lokasi wisata selancar dan berlayar bagi para turis asing, namun pengelolaannya tidak berjalan lama, belum diketahui penyebab terbengkalainya kegiatan wisata bahari tersebut.
8.Pulau Jemaja
Pulau Jemaja terletak di bagian sebelah barat daya Kepulauan Anambas. Potensi yang terdapat di pulau ini antara lain air terjun ulu maras dengan tanaman bakau (Rhizophora) yang terdapat disekitarnya, terumbu karang dan pasir putih yang terletak di Pantai Blusan. Jenis wisata lainnya adalah panorama pantai di Pantai Pedang Melang; taman laut di Pantai Teluk Nguan; olahraga air, pacu sampan, island hoping dan event budaya di Pantai Pulau Ayam.
Sumber : Ditjen KP3K
Friday, July 2, 2010
BPPP Banyuwangi Berupaya Meningkatkan Bulk Commodity Melalui Pelatihan Penangkapan Ikan dengan Purse Seine
Perikanan tangkap sebagai sistem yang memiliki peran penting dalam penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia diperlukan pengelolaan yang berorientasi jangka panjang (sustainability management). Dalam upaya meningkatkan produksi hasil tangkap, dapat dilakukan dengan otimalisasi usaha penangkapan ikan yang bersifat ”bulk commodity” yaitu peangapan ikan terhadap jenis-jenis komoditas perikanan dalam jumlah massal. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan perikanan tangkap berbasis jaring lingkar atau lebih dikenal dengan penangkapan ikan dengan jaring purse seine.
Dalam rangka implementasi kebijakan peningkatan produksi perikanan terbesar tahun 2014, pengembangan SDM Perikanan tangkap diperlukan sebagai upaya optimalisasi penggunaan alat tangkap secara efektif dan efisien dan bertanggungjawab. Untuk itulah BPPP Banyuangi menyelanggarakan pelatihan penangkapan ikan dengan purse seine bagi nelayan Kabupaten Tanah Bumbu bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan.
Dipilihnya lokasi pelatihan tersebut dikarenakan Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan memiliki panjang garis pantai sekitar 158,7 Km2 dan luas perairan 640 Km² merupakan wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan usaha kelautan dan perikanan di bidang penangkapan ikan. Sumberdaya manusia yang memadai serta teknologi yang ramah lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat kelautan dan perikanan khususnya di Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan. Purse seine merupakan jenis alat tangkap yang cukup dominan dipergunakan oleh nelayan di beberapa perairan Indonesia. Purse seine atau pukat cincin adalah suatu alat yang efektif untuk penangkapan jenis ikan pelagis yang gerombolannya besar (layang, lemuru, tuna, cakalang dan ikan-ikan pelagis kecil lainnya).
Pelatihan dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari dari tanggal 16 s.d 22 Mei 2010 dengan jumlah jam berlatih 56 jam @ 45 menit dan diikuti oleh 30 (tiga puluh) orang. Acara pembukaan dihadiri oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kalimantan Selatan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu, Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Banyuwangi, panitia penyelenggara dan undangan lainnya.
Kurikulum yang diajarkan meliputi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan, peraturan perundang-undangan perikanan, bahan alat perikanan, metode dan teknik penangkapan ikan dengan purse seine, daerah penangkapan ikan, pelayaran datar, navigasi elektronik, mesin bantu penangkapan, perawatan mesin perikanan dan pembuatan rumpon.
Materi pembuatan rumpon diajarkan bertujuan untuk meningkatkan keefektivan operasi penangkapan ikan menggunakan purse seine. Rumpon tidak termasuk dalam alat penangkap ikan melainkan alat bantu untuk mengumpulkan ikan (fish aggregate device/FAD). Rumpon menjadi tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil sehingga mengundang ikan-ikan yang lebih besar untuk datang dengan tujuan feeding sehingga dengan menggunakan rumpon pada pengoperasian purse seine diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan.
Kegiatan pelatihan berakhir pada tanggal 22 Mei 2010 dan ditutup langsung oleh Bapak Dr. Ir. R. Akhmad Budiono, MM selaku Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan. Semua peserta dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan Surat Tanda Tamat Pelatihan (STTP) dari Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan. Diharapkan dengan pelatihan ini nelayan propinsi Kalimantan Selatan dapat meningkatkan hasil tangkapan dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya ikan baik secara ekonomi, ekologi dan lingkungan untuk keberlanjutan perikanan tangkap.
Sumber : BPPP Banyuwangi
Dalam rangka implementasi kebijakan peningkatan produksi perikanan terbesar tahun 2014, pengembangan SDM Perikanan tangkap diperlukan sebagai upaya optimalisasi penggunaan alat tangkap secara efektif dan efisien dan bertanggungjawab. Untuk itulah BPPP Banyuangi menyelanggarakan pelatihan penangkapan ikan dengan purse seine bagi nelayan Kabupaten Tanah Bumbu bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan.
Dipilihnya lokasi pelatihan tersebut dikarenakan Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan memiliki panjang garis pantai sekitar 158,7 Km2 dan luas perairan 640 Km² merupakan wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan usaha kelautan dan perikanan di bidang penangkapan ikan. Sumberdaya manusia yang memadai serta teknologi yang ramah lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat kelautan dan perikanan khususnya di Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan. Purse seine merupakan jenis alat tangkap yang cukup dominan dipergunakan oleh nelayan di beberapa perairan Indonesia. Purse seine atau pukat cincin adalah suatu alat yang efektif untuk penangkapan jenis ikan pelagis yang gerombolannya besar (layang, lemuru, tuna, cakalang dan ikan-ikan pelagis kecil lainnya).
Perakitan Rumpon Permukaan
Pelatihan dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari dari tanggal 16 s.d 22 Mei 2010 dengan jumlah jam berlatih 56 jam @ 45 menit dan diikuti oleh 30 (tiga puluh) orang. Acara pembukaan dihadiri oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kalimantan Selatan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu, Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Banyuwangi, panitia penyelenggara dan undangan lainnya.
Kurikulum yang diajarkan meliputi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan, peraturan perundang-undangan perikanan, bahan alat perikanan, metode dan teknik penangkapan ikan dengan purse seine, daerah penangkapan ikan, pelayaran datar, navigasi elektronik, mesin bantu penangkapan, perawatan mesin perikanan dan pembuatan rumpon.
Materi pembuatan rumpon diajarkan bertujuan untuk meningkatkan keefektivan operasi penangkapan ikan menggunakan purse seine. Rumpon tidak termasuk dalam alat penangkap ikan melainkan alat bantu untuk mengumpulkan ikan (fish aggregate device/FAD). Rumpon menjadi tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil sehingga mengundang ikan-ikan yang lebih besar untuk datang dengan tujuan feeding sehingga dengan menggunakan rumpon pada pengoperasian purse seine diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan.
Penyerahan STTP oleh Kepala Puslat KKP
Kegiatan pelatihan berakhir pada tanggal 22 Mei 2010 dan ditutup langsung oleh Bapak Dr. Ir. R. Akhmad Budiono, MM selaku Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan. Semua peserta dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan Surat Tanda Tamat Pelatihan (STTP) dari Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan. Diharapkan dengan pelatihan ini nelayan propinsi Kalimantan Selatan dapat meningkatkan hasil tangkapan dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya ikan baik secara ekonomi, ekologi dan lingkungan untuk keberlanjutan perikanan tangkap.
Sumber : BPPP Banyuwangi
SAIL BANDA 2010 Memacu Pekonomian Maluku
Sail Banda 2010 merupakan kegiatan bahari berskala internasional dalam tidak terlalu lama lagi akan segera dimulai. Sebagai tanda dimulainya Sail Banda, Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad yang juga Ketua Panitia Nasional Sail Banda 2010, bersama Menteri Kesejahteraan Rakyat, Kepala Staf TNI AL dan Gubernur Maluku pada hari Minggu (4/7) secara resmi melepas kapal operasi bakti Surya Bhaskara Jaya di dermaga Kolinlamil Jakarta. Lebih lanjut Fadel menegaskan bahwa Sail Banda 2010 dipastikan akan mendongkrak perekonomian Maluku, karena diperkirakan lebih dari 5.400 orang peserta dari dalam dan luar negeri akan terlibat dalam kegiatan ini..
“Sail Banda 2010 memiliki dampak yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku, baik dampak secara langsung atau jangka pendek maupun dampat tidak langsung atau jangka panjang,” ujar Fadel. Dampak secara langsung tambah Fadel adalah pengalihan program dan kegiatan pembangunan fisik oleh beberapa kementerian ke Provinsi Maluku yang semula direncanakan di provinsi lain. Selain Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang merubah program dan kegiatannya ke Provinsi Maluku adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan.
Dampak langsung lainnya adalah meningkatnya kunjungan pada saat penyelenggaraan Sail Banda 2010 ke Provinsi Maluku yang berakibat pada peningkatan peredaran uang di Provinsi Maluku khususnya di Kota Ambon. Masyarakat secara langsung juga dapat menikmati program sosial yang dilakukan pemerintah seperti pengobatan umum, pembangun masjid dan gereja, dan pemberian alat pancing tondak bagi nelayan. Selain itu bhakti sosial lain yang dapat dinikmati masyarakat adalah pemberian kitab suci, beasiswa, buku pelajaran, seragam sekolah, alat tulis siswa, dan program kantin sehat, serta sarana air bersih.
Pelaksanaan kegiatan kebaharian seperti Sail Banda 2010 telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Sulawesi Utara pada pelaksanaan Sail Bunaken 2009. Sebagai ilustrasi, keuntungan yang diperoleh Provinsi Sulawesi Utara pada saat pelaksanaan mencapai Rp. 3 triliun dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen usai pelaksanaan Sail Bunaken 2009. Transaksi perbankan selama Sail Bunaken mengalami peningkatan tajam hingga 80 persen. Jumlah transaksi rata-rata mencapai 21 ribu per hari dengan jumlah uang sebesar Rp. 446 miliar selama pelaksanaan Sail Bunaken. Sebelum Sail Bunaken rata-rata transaksi hanya 18 ribu dengan dengan nilai maksimal hanya Rp. 253 miliar per hari Pada sektor pariwisata terjadi peningkatan jumlah turis asing ke Provinsi Sulawesi Utara dari sekitar 32.760 orang pada tahun 2008 menjadi 78.203 orang pada 2009.
Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
“Sail Banda 2010 memiliki dampak yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku, baik dampak secara langsung atau jangka pendek maupun dampat tidak langsung atau jangka panjang,” ujar Fadel. Dampak secara langsung tambah Fadel adalah pengalihan program dan kegiatan pembangunan fisik oleh beberapa kementerian ke Provinsi Maluku yang semula direncanakan di provinsi lain. Selain Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang merubah program dan kegiatannya ke Provinsi Maluku adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan.
Dampak langsung lainnya adalah meningkatnya kunjungan pada saat penyelenggaraan Sail Banda 2010 ke Provinsi Maluku yang berakibat pada peningkatan peredaran uang di Provinsi Maluku khususnya di Kota Ambon. Masyarakat secara langsung juga dapat menikmati program sosial yang dilakukan pemerintah seperti pengobatan umum, pembangun masjid dan gereja, dan pemberian alat pancing tondak bagi nelayan. Selain itu bhakti sosial lain yang dapat dinikmati masyarakat adalah pemberian kitab suci, beasiswa, buku pelajaran, seragam sekolah, alat tulis siswa, dan program kantin sehat, serta sarana air bersih.
Pelaksanaan kegiatan kebaharian seperti Sail Banda 2010 telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Sulawesi Utara pada pelaksanaan Sail Bunaken 2009. Sebagai ilustrasi, keuntungan yang diperoleh Provinsi Sulawesi Utara pada saat pelaksanaan mencapai Rp. 3 triliun dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen usai pelaksanaan Sail Bunaken 2009. Transaksi perbankan selama Sail Bunaken mengalami peningkatan tajam hingga 80 persen. Jumlah transaksi rata-rata mencapai 21 ribu per hari dengan jumlah uang sebesar Rp. 446 miliar selama pelaksanaan Sail Bunaken. Sebelum Sail Bunaken rata-rata transaksi hanya 18 ribu dengan dengan nilai maksimal hanya Rp. 253 miliar per hari Pada sektor pariwisata terjadi peningkatan jumlah turis asing ke Provinsi Sulawesi Utara dari sekitar 32.760 orang pada tahun 2008 menjadi 78.203 orang pada 2009.
Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Manisnya Rumput Laut Bersanding Harunya Cendana
Perairan laut Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur belum terjamah. Hal ini dibuktikan dengan masih bagusnya parameter kualitas air di daerah tersebut. Memang perairan didaerah ini belum tercemar seperti beberapa daerah di Pulau Jawa dan sekitarnya yang ibaratnya laut merupakan keranjang sampah tempat pembuangan limbah baik industry, rumah tangga, pertanian dan pertambangan yang semua produk limbahnya bermuara ke laut. Dengan demikian maka perairan di beberapa daerah pulau jawa cukup tercemar sehingga mengganggu ekosistem laut dan proses budidaya perikanan baik di laut maupun dipesisir. Lain halnya dengan beberapa daerah di sekitar Pulau Sumba yang perairannya masih “perawan”, sehingga sangat cocok untuk di lakukan budidaya laut. .
Daerah yang juga terkenal dengan pohon cendana ini telah masuk dalam daerah Minapolitan yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Komoditi minapolitan yang diunggulkan di daerah ini adalah rumput laut. Hal ini didukung dengan panjang pantai Kabupaten Sumba Timur sepanjang 433,6 km (Bappeda Sumba Timur, 2010) dan cocok untuk budidaya rumput laut. Beberapa kecamatan di Kabupaten Sumba Timur yang mempunyai pesisir pantai yaitu Kecamatan Haharu, Kahaungu Eti, Karera, Kota Waingapu, Lewa, Matawai Lapau, Kuta, Nggaha Oriangu, Paberiwai, Pahunga Lodu, Pandawai, Pinu Pahar, Rindi, Tabundung, Umalulu, Wulla Waijelu. Semua Kecamatan tersebut sangat berpotensi untuk budidaya rumput laut dan saat ini sudah terdapat beberapa kecamatan yang sudah berhasil membudidayakan rumput laut seperti kecamatan Kuta dengan jarak kurang lebih 8 km dari pusat kota Waingapu
Dengan adanya potensi wilayah yang sangat besar itulah maka pada Tanggal 21 s/d 27 Juni 2010, telah dilaksanakan Safari Pelatihan Budidaya Rumput Laut bagi Pembudidaya atas kerjasama Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Banyuwangi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumba Timur. Pada Pelatihan tersebut diikuti oleh pembudidaya rumput laut sebanyak 30 orang. Pelatihan tersebut dilaksanakan sebanyak 56 jam pelajaran yang terdiri atas 40 % teori dan 60 % praktek. Adapun materi yang disampaikan diantaranya yaitu Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan, Peraturan Perundang-undangan Perikanan, Biologi Rumput Laut, Pemilihan Lokasi Budidaya Rumput Laut, Pengelolaan Bibit Rumput Laut, Metoda Budidaya Rumput Laut, Pemeliharaan Rumput Laut, Pengendalian Hama dan Penyakit, Panen dan Penanganan Pasca Panen, Analisa Usaha Budidaya Rumput Laut dan Akses Permodalan.
Dari 555 jenis rumput laut, terdapat beberapa jenis yang telah dibudidayakan di Kabupaten Sumba Barat. Beberapa diantara yaitu Eucheuma cottnoni dan Eucheuma spinosum. Metode budidaya yang telah digunakan oleh masyarakat setempat yaitu metode lepas dasar menggunakan patok tancap, metode kombinasi dan metode rakit apung. Setelah dilakukan identifikasi lingkungan perairan laut oleh tim budidaya BPPP Banyuwangi selama pelaksanaan diklat maka direkomendasikan metode budidaya yang cocok untuk budidaya rumput laut di Kabupaten Sumba Timur adalah metode rakit apung. Beberapa kelebihan dari metode ini adalah lebih bisa diterapkan pada lokasi dengan kondisi perairan lebih dalam, tetapi masih terlindung dari gelombang besar. Dengan demikian pemilihan lokasi lebih fleksibel dibandingkan dengan metode lepas dasar. Tanaman lebih banyak menerima intensitas cahaya matahari serta gerakan air yang terus memperbaharui kandungan nutrisi pada air laut dan akan mempermudah penyerapan nutrisi oleh tanaman sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Pemeliharaan lebih mudah dilakukan, tanaman terbebas dari gangguan hama.
Para peserta pelatihan yang rata-rata memiliki sawah dan ladang sebagai penghasilan mereka, sebagian sudah menfokuskan mata pencahariannya pada budidaya rumput laut karena hasilnya cukup menjanjikan meskipun sebenarnya sector pertanian juga penting untuk kebutuhan pangan mereka. Budidaya rumput laut didaerah Sumba Timur ini tidak hanya didukung oleh sumber daya perairan yang cukup menunjang. Namun juga didukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah setempat dan Bank NTT. Dukungan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan serta Pemda setempat yaitu telah dibangunnya pabrik pembuatan tepung rumput laut sehingga output rumput laut yang dihasilkan oleh pembudidaya dapat langsung di olah dan diekspor ke Singapura, Malaysia dan Korea (Dinas KP Sumba Timur, 2010). Sedangkan dukungan dari Bank NTT berupa pinjaman lunak tanpa agunan kepada kelompok pembudidaya rumput laut sehingga modal untuk investasi dan pengembangan budidaya rumput bagi masyarakat semakin meningkat dan meluas. Peningkatan profesionalisme Sumber Daya Manusia pembudidaya rumput laut di Kabupaten Sumba Timur juga merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi rumput laut. Dengan adanya kegiatan pelatihan budidaya rumput laut yang dilaksanakan oleh BPPP banyuwangi, seluruh peserta pelatihan merasakan peningkatan pengetahuan, wawasan dan keterampilan mereka akan budidaya rumput laut. Adanya kerjasama dan sinergi antara BPPP Banyuwangi, Dinas Kelautan dan Perikanan Sumba Timur dan Bank NTT maka diharapkan produksi rumput laut didaerah Sumba Timur semakin meningkat dan Indonesia dapat menjadi penghasil rumput laut terbesar di dunia pada Tahun 2015.
Sumber : Tim Publikasi BPPP Banyuwangi
Thursday, July 1, 2010
AS Naikkan Permintaan Udang Indonesia Hingga 20-30%
Bencana tumpahan minyak di laut Meksiko membawa berkah bagi industri udang di Jawa Timur (Jatim.) Pasalnya, sejak bencana itu* terjadi para pelaku usaha pengolahan dan budi daya udang di Jatim kebanjiran permintaan.
"Permintaan udang dari US meningkat hingga 20% hingga 30% sejak bencana tumpahan minyak di laut Meksiko. Pembeli di sana khawatir udang tercemar minyak," ujar Wiyanto Leo, direktur PT Sekar Bumi Tbk, di Surabaya, Camis (1/7).
Sayangnya, permintaan tinggi tersebut tidak seluruhnya bisa dipenuhi karena kini produsen pengolahan udang dalam negeri sedang kesulitan pasokan bahan baku. Iklim yang kurang mendukung serta serangan virus mengakibatkan banyak udang di tempat budi daya mati.
"Meski demikian, kami melihatnya sebagai peluang bagus dalam memperkuat pasar ekspor ke AS,"terang Wiyanto. Lebih lanjut dia menjelaskan, pihaknya tahun ini optimistis pasar udang, baik di dalam maupun luar negeri bakal membaik, setelah beberapa tahun terakhir terpukul krisis global dan gagal panen karena penyakit Terlebih lagi kepercayaan dari pembeli di pasar ekspor terutama AS yang mulai pulih, turut mendukung kondisi yang lebih baik.
"Tahun ini kami memperoleh order dari Sysco, suplierhzsft laut terbesar di AS. Ini yang membuat kami bersemangat lagi untuk berupaya meningkatkan kapasitas produksi tahun ini," ujarnya. Produksi 700 ton per Bulan . Rencananya, Sekar Bumi akan menambah kapasitas produksi dari saat ini sekitar 500 ton per bulan menjadi 700 ton per bulan. Untuk keperluan penambahan kapasitas produksi ini, perseroan telah menganggarkan dana Rp 5 miliar untuk penambahan mesin grading.cooking, pembekuan, serta mesin pembuat ice flake.
Saat ini, menurut Wiyanto, kontribusi pasar ekspor AS terhadap total ekspor perseroan sekitar 75%-80%. Dengan terbukanya pasar di AS untuk produk udang dari Jatim, tak hanya memberi peluang bagi pelaku usaha pengolahan udang, tapi juga petani tambak di Jatim. "Tapi peluang ini tentunya tidak akan bisa ditangkap jika tidak ada dukungan regulasi terutama terkait dengan bahan baku udang. Misalnya, saat ini banyak regulasi yang harus dijalani agar produk udang bisa masuk," katanya.
Direktur PT Sekar Bumi Tbk Freddy Adam menambahkan, pihaknya berharap revitalisasi tambak udang 1.000 hektare (ha) yang mulai digulirkan pemerintah segera berhasil. Keberhasilan revitalisasi bisa berdampak positif pada peningkatan industri pengolahan udang terutama di saat permintaan udang dunia meningkat. (Ros)
Sumber : Investor Daily 2 Juni 2010 h. 21
"Permintaan udang dari US meningkat hingga 20% hingga 30% sejak bencana tumpahan minyak di laut Meksiko. Pembeli di sana khawatir udang tercemar minyak," ujar Wiyanto Leo, direktur PT Sekar Bumi Tbk, di Surabaya, Camis (1/7).
Sayangnya, permintaan tinggi tersebut tidak seluruhnya bisa dipenuhi karena kini produsen pengolahan udang dalam negeri sedang kesulitan pasokan bahan baku. Iklim yang kurang mendukung serta serangan virus mengakibatkan banyak udang di tempat budi daya mati.
"Meski demikian, kami melihatnya sebagai peluang bagus dalam memperkuat pasar ekspor ke AS,"terang Wiyanto. Lebih lanjut dia menjelaskan, pihaknya tahun ini optimistis pasar udang, baik di dalam maupun luar negeri bakal membaik, setelah beberapa tahun terakhir terpukul krisis global dan gagal panen karena penyakit Terlebih lagi kepercayaan dari pembeli di pasar ekspor terutama AS yang mulai pulih, turut mendukung kondisi yang lebih baik.
"Tahun ini kami memperoleh order dari Sysco, suplierhzsft laut terbesar di AS. Ini yang membuat kami bersemangat lagi untuk berupaya meningkatkan kapasitas produksi tahun ini," ujarnya. Produksi 700 ton per Bulan . Rencananya, Sekar Bumi akan menambah kapasitas produksi dari saat ini sekitar 500 ton per bulan menjadi 700 ton per bulan. Untuk keperluan penambahan kapasitas produksi ini, perseroan telah menganggarkan dana Rp 5 miliar untuk penambahan mesin grading.cooking, pembekuan, serta mesin pembuat ice flake.
Saat ini, menurut Wiyanto, kontribusi pasar ekspor AS terhadap total ekspor perseroan sekitar 75%-80%. Dengan terbukanya pasar di AS untuk produk udang dari Jatim, tak hanya memberi peluang bagi pelaku usaha pengolahan udang, tapi juga petani tambak di Jatim. "Tapi peluang ini tentunya tidak akan bisa ditangkap jika tidak ada dukungan regulasi terutama terkait dengan bahan baku udang. Misalnya, saat ini banyak regulasi yang harus dijalani agar produk udang bisa masuk," katanya.
Direktur PT Sekar Bumi Tbk Freddy Adam menambahkan, pihaknya berharap revitalisasi tambak udang 1.000 hektare (ha) yang mulai digulirkan pemerintah segera berhasil. Keberhasilan revitalisasi bisa berdampak positif pada peningkatan industri pengolahan udang terutama di saat permintaan udang dunia meningkat. (Ros)
Sumber : Investor Daily 2 Juni 2010 h. 21
BPPP Banyuwangi Berupaya Meningkatkan Bulk Commodity Dalam Menunjang Minapolitan
Perikanan tangkap sebagai sistem yang memiliki peran penting dalam penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia diperlukan pengelolaan yang berorientasi jangka panjang (sustainability management). Pengembangan perikanan tangkap dalam program Minapolitan dapat dilakukan melalui efisiensi usaha baik teknis maupun sumberdaya manusianya sebagai upaya meningkatkan produktifitas dan peningkatan produksi perikanan tangkap. Dalam upaya meningkatkan produksi hasil tangkap, dapat dilakukan dengan otimalisasi usaha penangkapan ikan yang bersifat ”bulk commodity” yaitu mengembangkan penangapan ikan terhadap jenis-jenis komoditas perikanan dalam jumlah massal. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan perikanan tangkap berbasis jaring lingkar atau lebih dikenal dengan penangkapan ikan dengan jaring purse seine.
Dalam rangka implementasi kebijakan peningkatan produksi perikanan terbesar tahun 2014, pengembangan SDM Perikanan tangkap diperlukan sebagai upaya optimalisasi penggunaan alat tangkap secara efektif dan efisien dan bertanggungjawab. Untuk itulah BPPP Banyuangi menyelanggarakan pelatihan penangkapan ikan dengan purse seine bagi nelayan Kabupaten Tanah Bumbu bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan.
Dipilihnya lokasi pelatihan tersebut dikarenakan Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan memiliki panjang garis pantai sekitar 158,7 Km2 dan luas perairan 640 Km² merupakan wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan usaha kelautan dan perikanan di bidang penangkapan ikan. Sumberdaya manusia yang memadai serta teknologi yang ramah lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat kelautan dan perikanan khususnya di Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan. Purse seine merupakan jenis alat tangkap yang cukup dominan dipergunakan oleh nelayan di beberapa perairan Indonesia. Purse seine atau pukat cincin adalah suatu alat yang efektif untuk penangkapan jenis ikan pelagis yang gerombolannya besar (layang, lemuru, tuna, cakalang dan ikan-ikan pelagis kecil lainnya).
Sumber : Tim Publikasi BPPP Banyuwangi
Dalam rangka implementasi kebijakan peningkatan produksi perikanan terbesar tahun 2014, pengembangan SDM Perikanan tangkap diperlukan sebagai upaya optimalisasi penggunaan alat tangkap secara efektif dan efisien dan bertanggungjawab. Untuk itulah BPPP Banyuangi menyelanggarakan pelatihan penangkapan ikan dengan purse seine bagi nelayan Kabupaten Tanah Bumbu bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan.
Dipilihnya lokasi pelatihan tersebut dikarenakan Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan memiliki panjang garis pantai sekitar 158,7 Km2 dan luas perairan 640 Km² merupakan wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan usaha kelautan dan perikanan di bidang penangkapan ikan. Sumberdaya manusia yang memadai serta teknologi yang ramah lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat kelautan dan perikanan khususnya di Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan. Purse seine merupakan jenis alat tangkap yang cukup dominan dipergunakan oleh nelayan di beberapa perairan Indonesia. Purse seine atau pukat cincin adalah suatu alat yang efektif untuk penangkapan jenis ikan pelagis yang gerombolannya besar (layang, lemuru, tuna, cakalang dan ikan-ikan pelagis kecil lainnya).
Sumber : Tim Publikasi BPPP Banyuwangi
Subscribe to:
Posts (Atom)